Jumat, Oktober 14

Cermati Makanan Rohanimu (bagian 1)


Sebagaimana diketahui, manusia terdiri dari dua unsur, Jasmani dan Rohani. Lazimnya jasmani memerlukan makanan sebagai sumber tenaga, demikian pula dengan Rohani. Bila perut mulai "keroncongan", biasanya ditandai dengan bunyi "krucuk... krucuk", mata berkunang-kunang, dan tenaga mulai melemah. Artinya jasmani memerlukan asupan "bahan bakar" berupa makanan dan minuman.

Tak jauh beda dengan Rohani, ketika hati terasa hampa, pikiran kosong, bingung, mudah stress dan amarah mudah tersulut merupakan tanda Rohani lapar, bersegeralah memenuhi hajatnya.

Berbicara makanan, tentu kita tak dapat lepas dari menu dan selera. Selain itu, bahan makanan jasmani pun beraneka ragam, mulai yang berbahan dasar nabati semacam nasi, sayur-mayur, dan buah-buahan sampai yang berasal dari binatang ternak atau hewani seperti daging, telur dan ikan. Ratusan bahkan ribuan menu kuliner telah dikenal oleh manusia, Hampir dapat dipastikan, setiap daerah memiliki masakan yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Tentu, rasa disesuaikan dengan lidah atau selera penduduk daerah itu dan tentu, tak setiap orang menyukai semua jenis makanan.

Suka atau tidak suka tentu terkait dengan selera. Bahkan, selera layaknya vallas (mata uang) yang fluktuaktif atau dapat berubah sesuai keadaan atau waktu. Terlebih, orang-orang di barat sana mempunyai tahapan dalam menyantap makanan layaknya khutbah atau acara seremonial tertentu, ada makan pembuka, inti dan makanan penutup.

Rohani, mempunyai kesamaan dengan saudara kembarnya, jasmani. Dengan kata lain, rohani memerlukan makanan dan sangat terkait dengan menu, selera dan bahan makanan. Bedanya, bila makanan jasmani secara kasat mata dapat diketahui (dirasakan) dan dapat ditengarai efek negatifnya bila jasmani (perut) tidak siap atau terganggu akibat makanan tersebut. Namun tidak demikian adanya dengan rohani.

Agama memberikan tuntunan, bila tanda-tanda rohani mulai lapar muncul, maka kita dianjurkan untuk shalat, membaca Al-Qur'an, dzikir, shalawat, dan sebagainya. Sehingga, boleh dikatakan aktifitas ibadah tersebut adalah beberapa jenis dari sekian banyak menu makanan rohani.

Tentu aktifitas tersebut bila dilakukan akan berpengaruh pada rohani kita secara positif. Sebab, rasanya tak mungkin, agama menganjurkan melakukan sesuatu yang berdampak negatif. Namun berdasarkan pengalaman, tidak semua jenis makanan rohani aman untuk dikonsumsi. Sebut saja, dzikir. Tak semua dzikir aman untuk dibaca. Buktinya ada banyak orang yang justru hilang ingatan bahkan gila akibat membaca dzikir tertentu. Tak jarang juga ditemui keluhan sifatnya fisik kerap dialami oleh para pengamal dzikir.

Anda pasti bertanya-tanya, bukankan dzikir itu baik dan dianjurkan agama? Benar, dalam kasus ini, tidak boleh gegabah mengambil kesumpulan dan bersikap. Analisa yang mendalam sangat diperlukan untuk memahami masalah tersebut.Memang agama menganjurkan dzikir, dimana salah satu manfaatnya guna memperoleh ketenangan hati. Namun, dzikir manakah yang dimaksud oleh agama tersebut? 

Oleh sebab itu, kita harus cermat mana saja menu makanan rohani yang aman untuk dikonsumsi. Nyatanya, beredar di pasaran makanan rohani yang tidak jelas juntrungannya. Meski, mencantumkan label agama dan ditulis dengan huruf arab.Singkat kata, jenis makanan rohani yang demikian berada dalam status "grey area" alias tidak aman untuk dikonsumsi, kecuali dengan resep atau syarat tertentu.

Disadur dari : Tabloid Islami Dwi Mingguan Khalifah


EmoticonEmoticon

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...