Jumat, Oktober 14

Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan


Musibah adalah perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia. Berkata Al-Imam Al-Qurthubi: "Musibah adalah segala apa yang mengganggu seorang mukmin dan yang menimpanya." (Al-Jami'li Ahkamil Qur'an, 2/175).

Tentang surat Al-Baqarah: 155, At-Thabari berkata: "Ini adalah pemberitaan dari Allah SWT kepada para pengikut Rasul-Nya, bahwa Ia akan menguji mereka dengan perkara-perkara yang berat, supaya (nyata) diketahui orang yang mengikuti rasul dan orang yang berpaling." (Jami'ul Bayan, 2/41).

Perkara-perkara berat itu, bagi siapapun pasti akan mengundang kesedihan. Tetapi Allah Maha Penyayang, tidak akan membiarkan hambaNya mengalami sesuatu pun (walau tertusuk duri) dalam kesia-siaan, "Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa." (HR. Bukhari).

Selain itu Allah Yang Maha Mulia juga menjanjikan kemudahan setelah kesulitan, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyrah: 5-6).

Ibnu Abbas tentang ayat ini berkata, "Tidak akan mungkin satu kesulitan dapat mengalahkan dua kemudahan. "[Al-Muwaththa', (2/446); Ibnu Abi Syaibah, (5/335, 13/308); Al-Baihaqi. Su'ab Al Iman, (7/205-206); dan Al-Hakim, (2/301)].

Arah perkataannya, kesulitan disebut dua kali kemudahan juga dua kali menurut ahli balaghah, "Arah perkataannya adalah bahwa kesulitan tidak disebutkan melainkan satu kali."

Kesulitan yang pertama diulang dalam kesulitan yang kedua menggunakan alif lam. Alif lam disini untuk mengetahui dalam pengulangan. Sedangkan kemudahan tidak disebutkan dalam bentuk ma'rifah (lafazh yang menunjukkan benda tertentu-red), tetapi disebut dengan bentuk nakirah. Kaidahnya, jika ism disebut dua kali dalam bentuk ma'rifah, maka yang kedua sesungguhnya yang pertama, kecuali sangat sedikit yang tidak demikian. Sedangkan jika ism disebut dua kali dalam bentuk nakirah, maka yang kedua adalah bukan yang pertama. Jadi dalam dua ayat yang mulia itu ada dua kemudahan dan satu kesulitan. Karena kesulitan disebutkan dua kali dengan bentuk ma'rifah.

Perkataan ini adalah berita dari Allah Azza wa Jalla dan beritaNya adalah berita yang paling sempurna kebenarannya. JanjiNya tidak pernah dipungkiri. Setiap kali suatu perkara sulit bagi hambaNya, maka pasti ada kemudahan. Adapun dalam perkara Syar'i perkara itu sangatlah nyata, diantaranya, 

Shalatlah dengan berdiri. Jika tidak bisa makan dengan duduk. Jika Anda tidak bisa, maka dengan berbaring di sisi badan. Semua itu adalah kemudahan. Dalam berpuasa, jika mampu dan tidak bepergian maka berpuasalah. Jika tidak mampu maka berbukalah. Jika Anda dalam bepergian maka berbukalah. Di dalam ibadah haji, jika Anda bisa mengadakan perjalanan untuk menunaikannya, maka berhajilah. Sedangkan jika Anda tidak bisa maka tidak ada kewajiban haji bagi Anda. Bahkan jika Anda sedang menunaikan ibadah haji, lalu Anda mendapatkan kesulitan dan Anda tidak mampu karena itu untuk menyempurnakan ibadah haji, maka bertahallul lah dan batalkan haji dan lakukan penyembelihan. Hal ini karena firman Allah SWT, "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kami terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, ..." (QS. Al-Baqarah: 196).

Jadi dalam setiap kesulitan dalam ibadah yang dialami seseorang akan menemukan kemudahannya. Demikian juga di dalam qadha' dan qadhar. Dengan kata lain, takdir Allah untuk manusia berupa berbagai macam musibah, kesulitan hidup, kesempitan dada, dan lain-lain tidak boleh menjadikan putus asa. Karena sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan. Kemudahan itu sering terlihat secara nyata dan konkret.

Contohnya: orang dalam keadaan yang sangat fakir, segala perkara menjadi sulit baginya, sehingga Allah Azza wa Jalla memberinya kemudahan berupa kekayaan.

Misal selainnya adalah seseorang yang menderita sakit yang melelahkan sebagaimana kisah nabi Ayub, lalu Allah memberinya kesembuhan. Ini juga kemudahan yang sangat riil. Disana masih ada kemudahan yang bersifat abstrak yang berupa pertolongan Allah kepada manusia sehingga bisa bersabar. Ini adalah kemudahan. Jika Allah menolong sehingga dapat bersabar, maka menjadi mudah bagi Anda semua yang sulit. Sehingga perkara sulit yang jika turun di gunung-gunung sanggup menghancurkannya dengan pertolongan Allah berupa kesabaran, perkara akan menjadi sangat mudah. Kemudahan tidak selalu berarti jalan keluar sesuatu yang sempurna saja, tetapi kemudahan juga jalan keluar dari kesulitan sehingga hilang kesulitan itu. Ini adalah kemudahan konkret. Allah Azza wa Jalla membantu seseorang untuk bisa bersabar sehingga perkara yang sangat besar dan berat serta sulit menjadi mudah baginya.

Disadur dari : Majalah Swara Quran Hal. 13 Edisi No. 4-5 Th.9 Ramdhan - Syawwal / September - Oktober 2009


EmoticonEmoticon

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...