Minggu, September 25

Ridha Terhadap Qadha’ (bag 3)


Proporsi Ridha
Barangkali Anda bertanya, “Bagaimana mungkin sikap ridha terhadap qadha’ Allah bisa bertemu dengan sikap benci terhadap orang-orang kafir dan orang-orang yang suka berbuat maksiat, padahal dalam kaitan mengingkari kekafiran itu sebagai ibadat, dan Allah Swt juga berkehendak demikian terhadap mereka?”
Sekelompok orang lemah berprasangka, bahwa meninggalkan amar ma’ruf merupakan salah satu sikap ridha terhadap qadha’. Sikap demikian mereka sebut dengan perilaku yang baik. Ini benar-benar ketololan dan sikap bodoh yang sebenarnya. Malah justru Anda harus ridha, dan sekaligus membenci semuanya.
Ridha dan benci merupakan dua hal yang bertolak belakang bila menimpa satu hal dari satu arah. Keduanya tidak bertolak belakang atau bertentangan jika, misalnya, musuh Anda yang juga merupakan musuh dari musuh Anda yang lain, terbunuh. Anda ridha atas terbunuhnya, dari sisi bahwa dia adalah musuh Anda. Namun Anda juga tidak suka, dari sisi bahwa dia itu adalah musuh dari musuh Anda yang lain.
Demikian pula dengan perbuatan maksiat, ia memiliki dua segi:
Satu segi dikembalikan kepada Allah, yakni dari sisi bahwa perbuatan maksiat itu terjadi atas qadha’ dan kehendak Allah Swt. Dari segi ini maksiat itu diridhai. Segi kedua dikembalikan kepada pelaku maksiat tersebut, yakni dari sisi bahwa maksiat tersebut adalah sifat dirinya dan hasil perbuatannya. Karena maksiat itu dibenci oleh Allah, maka dari segi ini maksiat dibenci. Allah Swt. telah menjadikan Anda sebagai hamba dengan membenci siapa yang membenci-Nya, di antara orang-orang yang mendurhakai dan melanggar perintah-Nya. Maka, Anda sebagai orang yang dijadikan hamba oleh Allah dengan hal tersebut, harus mematuhi perintah-Nya.
Jika kekasih Anda berkata kepada Anda, “Sungguh, aku hendak menguji rasa cintamu, dengan cara memukul dan menganiaya budakku, hingga dia memakiku. Orang yang membenci budakku, berarti mencintaiku, sebaliknya orang yang mencintai dan mengasihi budakku, dia adalah musuhku.”
Padahal Anda sendiri tahu, bahwa yang memaksa budak itu memaki kekasih Anda adalah kekasih Anda sendiri, dan itu merupakan rekayasa darinya.
Karena itu, maka sikap dan jawaban Anda adalah, “Makian budakmu itu, sungguh aku sukai dari sisi bahwa hal itu adalah rekayasamu terhadap budakmu, dan tujuanmu untuk mengasingkan siapa yang kamu kehendaki. Sedangkan makian si budak dari sisi bahwa itu adalah sifatnya dan merupakan pertanda dan tindak permusuhannya, sungguh aku membenci dan tidak menyukainya sebab aku mencintaimu. Tentu saja aku harus membenci orang yang menampakkan sikap permusuhan kepadamu.”
Ini adalah persoalan yang samar. Orang-orang lemah selalu tergelincir di situ, karenanya mereka berbicara tentang hal tersebut secara serampangan.
Selain itu, tidak layak Anda berpraduga bahwa pengertian ridha terhadap qadha’ Allah adalah orang yang meninggalkan doa kepada Allah, bahkan membiarkan anak panah yang mengarah kepada Anda sehingga mengenai diri Anda, padahal Anda mampu menahannya dengan perisai.Justru doa sebagai refleksi ibadat Anda agar dari kalbu Anda memancar dzikir yang murni, kekhusyu’an dan kehalusan kalbu demi kesiapannya menerima kelembutan-kelembutan dan cahaya-cahaya.
Di antara bentuk ridha terhadap qadha’ Allah ialah, berhubungan dengan kekasihnya melalui berbagai sebab yang bisa sampai kepada sang kekasih. la juga meninggalkan sebab-sebab yang bertentangan dengan apa yang diinginkan kekasihnya itu, demi ridhanya.
Keengganan orang haus meminum air dingin, karena beranggapan bahwa dirinya ridha dengan rasa haus, sebagai salah satu qadha’ Allah Swt. Padahal, qadha’ dan kecintaan Allah justru perilaku menghilangkan rasa haus dengan air tersebut.
Tindakan keluar dan peraturan-peraturan syariat dan dari Sunnatullah juga bukan perilaku ridha terhadap qadha’ Allah Swt. Justru pengertian dan sikap ridha adalah, tidak menentang terhadap Allah Swt. baik secara lahir maupun batin. Ridha berarti pula mengerahkan seluruh tenaga untuk berhubungan dengan segala hal yang dicintai Allah Swt, dengan cara melaksanakan perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya.


EmoticonEmoticon

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...