Minggu, September 25

Aurad


Syeikh Abul Hasan Asy-Asyadzily
Wirid atau kebiasaan ubudiyah orang-orang shiddiqin itu ada dua puluh macam:
1-Puasa,
2-Shalat,
3-Dzikir,
4-Membaca Al-Qur’an,
5-Menjaga tubuh (dari tindakan haram)
6-Mencerca nafsu dari syahwatnya,
7-Amar ma’ruf
8-Nahi munkar 

Semua kategori tersebut didasarkan pada:
9-Zuhud terhadap dunia
10-Tawakkal kepada Allah
11-Ridha pada keputusan Allah
12-Cinta yang murni yang didasarkan empat perkara:
13-Iman
14-Tauhid
15-Niat yang benar 
16-Cita-cita yang luhur.

Namun semua ini tak bisa diharapkan kecuali dengan empat karakter di bawah ini:
17-Ilmu
18-Wara’
19-Takut penuh rindu kepada Allah
20-Tawadhu’ kepada sesama hamba Allah.

Ibadah  para shiddiqin (ungkapan ini mengutip fatwa gurunya) ada dua puluh macam:
Makanlah  kamu sekalian; minumlah; berpakaianlah;  bepergianlah; menikahlah;  bertempat  tinggallah; letakkanlah segala  hal  pada porsi yang sesuai dengan perintah Allah Swt.; janganlah berlebih-lebihan; beribadahlah  kepada Allah dan bersyukur  kepada-Nya; seharusnya  Anda sekalian mencegah  bencana; menanggung  beban; mencurahkan kebajikan. Semua ini merupakan separo kecerdasan.
Separo yang lain adalah: menunaikan kewajiban-kewajiban; menjauhi larangan-larangan; ridha terhadap qadha  Allah;
Dan diantara ibadah kepada  Allah adalah tafakkur terhadap  perintah Allah; sedangkan berpegang teguh kepada agama Allah merupakan dasar ibadah dan zuhud duniawi. Sedang prinsip utamanya adalah tawakkal kepada Allah.
Ini semua merupakan ibadah  orang-orang yang  sehat  jiwanya dari orang-orang yang  beriman. Kalau Anda sakit jiwa, maka carilah kesembuhan dan pembebasan melalui para Ulama; namun pilihlah diantara mereka ini yang taqwa, yang senantiasa memberi petunjuk dan bertawakkal kepada Allah.
Aku pernah bertanya kepada guruku tentang wirid ahli hakikat. Sang guru menjawab, “Engkau harus menggugurkan hawa  nafsu, dan senantiasa mahabbah  kepada Allah.”
Memang, cinta itu menolak untuk digunakan oleh pecinta kepada selain yang dicintainya.
Suatu  ketika ada seseorang yang bertanya kepada guru --semoga Allah merahmatinya -- “Berilah saya  amalan  dan  wirid-wirid.”
Lantas guru marah dan berkata, “Apakah aku ini Rasul? Lalu memberi perintah kewajiban-kewajiban? jelas, segala yang fardhu  itu sudah  maklum, segala larangan itu sudah populer. Karena itu jagalah kefardhuan, dan tolaklah kemaksiatan, jagalah hatimu dari hasrat duniawi dan hasrat pada wanita, mencintai kedudukan  serta memprioritaskan syahwat. Terimalah apa yang telah diberikan Allah Swt. kepadamu.  Apabila ada jalan keluar menuju  ridha bagimu, bersyukurlah. Bila yang keluar adalah jalan siksaan, maka bersabarlah. Cinta  kepada Allah itu merupakan  pusat dimana segala kebaikan  berpusat padanya. Cinta itu merupakan dasar dari  ragam karamah. Untuk membentengi semua itu perlu ada empat macam:
Wara’ yang benar; 
Niat yang benar; 
Amal yang ikhlas dan  
Bersahabat dengan  pengetahuan.
Ini semua pun tidak akan  sempurna  kecuali dengan berguru pada orang yang shalih atau berguru kepada syeikh yang bisa mensukseskannya.


EmoticonEmoticon

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...