Rabu, September 21

Pengantar

Tags

Assalamu'alaikum Wr. Wb.



Thoriqoh merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan Beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini.


Thoriqoh adalah suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan. Relung-relung hati itu tidak bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. dengan cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu’min (muslim) setelah mengetahui ‘aqidatul ‘awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa, dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir dengan cara khusus/tertentu.


Di Indonesia dewasa ini banyak berkembang ajaran thariqat dengan beragam bentuk cara pengamalannya, seperti thariqat Naqsyabandiyah, Qadariyah, Syatariah, Syadziliyah dan lain-lain. Semua ajaran thariqat tersebut dipimpin oleh seorang Guru Mursyid sebagai pembimbing dan penuntun ke jalan menuju pada satu tujuan yaitu ma’rifat billah atau mengenal Allah. Tanpa Guru yang mursyid tidaklah mungkin seseorang itu dapat melakukan perjalanan sampai kepada tujuan dimaksud.


Seorang Guru Pembimbing (Mursyid) haruslah benar-benar bisa mengarahkan murid ke jalan yang benar. Ukuran benar dan salah di sini adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta Akal Sehat. Jika keluar dari kerangka tersebut berarti mursyid tersebut ajarannya tidak benar dan harus dihindari.
Seorang Mursyid dalam thariqat naqsyabandiyah, haruslah mempunyai bukti otentik bahwa ia telah dibolehkan untuk menurunkan ilmu kerohanian yang diperoleh dari gurunya kepada orang lain dan bukti otentik tersebut misalnya ijazah. Dan gurunya itupun sudah pula mendapatkan ijazah dari gurunya dan seterusnya dari guru ke guru hingga sampai kepada Abu Bakar As Siddiq dan Abu Bakar gurunya adalah Rasulullah SAW dan gurunya Rasulullah Saw adalah Jibril sedangkan Jibril dari Allah SWT.


Oleh karena itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya mengingatkan kepada seluruh masyarakat, apabila ingin mendalami ilmu kerohanian untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hendaklah berguru kepada orang yang ahli. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An Nahl ayat 43 yang berbunyi : “Fas Alu Ahla dzikri in kuntum laata’lamun” (Bertanyalah kepada Ahli Dzikir kalau kamu belum tahu).


Boleh belajar ilmu kerohanian (dzikir hati) secara otodidak, dengan membaca buku-buku tentang ilmu tasawuf, thariqat dan sebagainya. Namun bagaimana sistem dan caranya sudah tentu harus melalui seorang guru yang memang sudah ahli di bidang tersebut. Sebab tanpa guru pembimbing yang mursyid untuk mengaplikasikan system dan cara dzikir hati dapat dipastikan akan datang iblis dan syetan sebagai guru pembimbingnya


Dalam Surat Al-Kahfi ayat (17) Allah Swt berfirman : “Man Yahdillaahu fahuwal muhtad wa man yudhlil falan tajida lahuu Waliyyan Mursyiida”. (Barang siapa diberi petunjuk maka ia akan mendapat Hidyah, dan barangsiapa disesatkan maka tidak akan dipertemukan dengan Wali Mursyid.)








Wassalam.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...